Diduga Jadi Ladang bancakan!! Proyek Paving Rp200 Juta Menguap di SDN Kotah 3
0 menit baca
Diduga Jadi Ladang bancakan!! Proyek Paving Rp200 Juta Menguap di SDN Kotah 3
Sampang||Garuda08.com - Dugaan praktik manipulasi proyek kembali mengemuka di lingkungan pendidikan. Pekerjaan pemasangan paving di SD Negeri Kotah 3, Kecamatan Jrengik, dengan anggaran Rp200 juta, memunculkan serangkaian kejanggalan serius yang berpotensi merugikan negara. Proyek yang dikaitkan dengan CV Setinggil Jaya Baru itu di lapangan justru tampak seperti pekerjaan minim pengawasan, minim standar, dan maksimal penyelewengan.
Tim investigasi media yang turun pada Selasa (09/12/2025) mendapati proyek dikerjakan tanpa papan informasi - indikasi awal klasik dari proyek “gelap” yang kerap dipakai untuk mengaburkan spesifikasi, sumber anggaran, serta penanggung jawab teknis. Hilangnya instrumen transparansi dasar ini memperkuat dugaan bahwa proyek tidak dikelola sesuai aturan formal.
Situasi semakin janggal ketika para pekerja terlihat bekerja tanpa perlengkapan keselamatan kerja (K3). Tidak ada helm, rompi, sepatu keselamatan, bahkan standar kerja paling dasar pun tak tampak. Minimnya keamanan ini bukan hanya melanggar aturan konstruksi, tetapi juga mengisyaratkan pengawasan yang nyaris tidak ada.
Temuan paling krusial berada pada aspek teknis. Tim mendokumentasikan lapisan pasir dasar yang seharusnya menjadi fondasi paving justru sangat tipis, tidak merata, dan berpotensi tidak sesuai spesifikasi RAB. Indikasi pengurangan material ini dapat mengakibatkan paving cepat rusak, bergelombang, atau ambles, sekali lagi mengarah pada dugaan praktik pemotongan kualitas untuk memaksimalkan keuntungan.
“Ini jelas bukan sekadar lalai. Polanya mirip proyek asal jadi, tanpa papan, tanpa K3, dan kualitas material yang jomplang dengan anggaran. Lapisan pasir yang dikurangi itu terang benderang terlihat,” ujar seorang anggota tim investigasi yang meminta identitasnya dirahasiakan demi keamanan.
Menurutnya, indikasi semacam ini lazim ditemukan dalam proyek yang diduga kuat dikerjakan hanya untuk memenuhi formalitas serapan anggaran.“Ini fasilitas sekolah. Jika paving ambles, siswa yang jadi korban. Negara rugi, publik dirugikan, tapi pelaksana justru diam. Ini tidak bisa dibiarkan.”
Sementara itu, pekerja di lapangan kompak menyatakan “tidak tahu proyek ini milik siapa”, jawaban yang makin menguatkan dugaan bahwa struktur pengelolaan proyek dilakukan secara tertutup dan tidak akuntabel. Hingga laporan ini dirilis, pihak pelaksana dan pihak yang dikaitkan dengan proyek belum memberi penjelasan resmi, memilih tetap bungkam di tengah derasnya pertanyaan publik.
(Tim)






